Analisa Parameter Fisika dan Kimia Perairan Tihik Tihik Kota Bontang untuk Budidaya Rumput Laut Kapphaphycus alvarezii

  • Andi Nikhlani Universitas Mulawarman
  • Indrati Kusumaningrum Universitas Mulawarman
Akuakultur, Kapphaphycus alvarezii, Kualitas Air, Rumput Laut, Tihik Tihik

Abstrak

Rumput laut merupakan salah satu jenis organisme budidaya yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Bontang. Kapphapycus alvarezii merupakan spesies alga merah penghasil karagenan terbesar dari volume ekspor Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan kualitas air di Perairan Tihik Tihik Kota Bontang berdasarkan aspek fisika dan kimia perairan. Metode penelitian berupa metode observasi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 April sampai dengan 17 Mei 2021. Lokasi pengambilan sample terbagi atas 5 titik Pengambilan sampel di tiap stasiun dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian memperlihatkan kisaran kualitas air pada perairan tersebut adalah (1) suhu perairan berkisar 29,0-30,1oC; (2) derajat keasaman berkisar 7,5-8,6; (3) oksigen terlarut berkisar 3,65-4,0 ppm; (4) salinitas perairan berkisar 30,0-32,5 psu; (5) kecerahan berkisar 120,5-132,3 cm; (6) kecepatan arus berkisar 0,19-0,25 m/s; (7) kedalaman berkisar 9,10-13 m; (8) nitrat berkisar 0,04-0,05 mg/L; (9) Phosfat berkisar 0,06-0,13 mg/L; (10) total suspended solid berkisar 5-7 mg/L. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa perairan Tihik Tihik Kota Bontang layak digunakan sebagai lokasi  budidaya rumput laut Kapphaphycus alvarezii.

Download

Belum ada

Referensi

American Water Works Association (AWWA). (1989). Standar Methods for the Examination of Water and Wastewater. 17th edition. Washington, DC: American Public Health Association.

Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto, H., & Istini, S. (2008). Potential and Prospect of Indonesia Seaweed Industry Development. The Indonesia Agency For The Assessment And Application Of Technology – Indonesia Seaweed Society. Jakarta, 28 hal.

Aslan, L. M. (2011). Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Dalam Bidang Budidaya. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo, Kendari.

Asni, A. (2015). Analisis Produksi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Berdasarkan Musim dan Jarak Lokasi Budidaya Di Perairan Kabupaten Bantaeng. Jurnal Akuatika Indonesia, 6(2), 140–153.

Atmanisa, A., Mustarin, A., & Taufieq, N. A. S. (2020). Analisis Kualitas Air pada Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottoni di Kabupaten Jeneponto. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 6(1), 11–22. https://doi.org/10.26858/jptp.v6i1.11275

Awaluddin, Badraeni, Azis, H. Y., & Tuwo, A. (2016). Perbedaan Kandungan Karaginan dan Produksi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii antara Bibit Alam dan Bibit Hasil Pengayaan. Jurnal Rumput Laut Indonesia, 1(1), 65–70.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal). (1996). Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak. 138 hal.

Basiroh, S., Ali, M., & Putri, B. (2016). Pengaruh periode panen yang berbeda terhadap kualitas karaginan rumput laut Kappaphycus alvarezii : Kajian Randemen dan Organoleptik Karaginan. Maspari Journal, 8(2), 127–134.

Boyd, C. E. (1981). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham: Birmingham Publishing Co.

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). (2005). Modul Sosialisasi dan Orientasi Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta: Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (Dirjenkanbud). (2008). Profil. Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Juniarti, L., Jumarang, M. I., & Apriansyah. (2017). Analisis Kondisi Suhu Dan Salinitas Perairan Barat Sumatera Menggunakan Data Argo Float. Physic Communication, 1(1), 74–84. https://doi.org/10.15294/physcomm.v1i1.9005

Kotiya, A. ., B. Gunalan, Parmar, H. V., Tushar, D., Jitesh, B. S., & P.Makwana, N. (2011). Growth Comparison of the Seaweed Kappaphycus alvarezii in Nine Different Coastal Areas of Gujarat Coast, India. Advances in Applied Science Research, 2(3), 99–106.

Kumayanjati, B.-, & Dwimayasanti, R. (2018). Kualitas Karaginan dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii pada Lokasi Berbeda di Perairan Maluku Tenggara. Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 13(1), 21–32. https://doi.org/10.15578/jpbkp.v13i1.490

Nur, A. I., Syam, H., & Patang. (2016). Pengaruh Kualitas Air Terhadap Produksi Rumput Laut (Kapphapycus alvarezii). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 2(1), 27–40. https://doi.org/10.26858/jptp.v2i1.5151

Nursyahran, & Reskiati. (2013). Peningkatan Laju Pertumbuhan Thallus Rumput Laut Kapphaphycus alvarezii Yang Direndam Air Beras Dengan Konsentrasi Yang Berbeda. Jurnal Balik Diwa, 4(2), 13–18.

Patty, S. I., Arfah, H., & Abdul, M. S. (2015). Nutriens (Phosphate, Nitrate), Dissolved Oxygen, and Dissolved pH and They Relation to Productivity of Jikumerasa Waters, Buru Island. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 1(1), 43–50. https://doi.org/10.35800/jplt.3.1.2015.9578

Poncomulyo, T., Maryani, H., & Kristiana, L. (2006). Budi Daya & Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Pramesti, R. (2013). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa serrulata Dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil). Buletin Oseanografi Marina, 2(April 2013), 7–15. https://doi.org/10.14710/buloma.v2i2.6931

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan). (1991). Budidaya rumput Laut (Eucheuma sp) dengan Rakit dan Lepas Dasar. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.

Risnawati, Kasim, M., & Haslianti. (2018). Studi Kualitas Air Kaitanya dengan Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Pada Rakit Jaring Apung Di Perairan Pantai Lakeba Kota Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 4(2), 155–164.

Standar Nasional Indonesia (SNI). (2011). Standar Nasional Indonesia (SNI) 7673.2:2011. Produksi Bibit Rumput Laut Kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode Longline. Jakarta: BSNI.

Suin, N. M. (1999). Metode Ekologi. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Susilowati, T., Rejeki, S., Dewi, E. N., & Zulfitriani. (2012). Pengaruh Kedalaman Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Yang Dibudidayakan Dengan Metode Longline Di Pantai Mlonggo, Kabupten Jepara. Jurnal Saintek Perikanan, 8(1), 7–12. https://doi.org/10.14710/ijfst.8.1.7-12

Volterra, L., Boualam, M., Ménesguen, A., Duguet, J.-P., Duchemin, J., & Bonnefoy, X. (2002). Eutrophication and Health (K. Pond, Ed.). Luxembourg: World Health Organization (WHO) & European Commission: Office for Official Publications of the European Communities.

Ya’la, Z. R., & Sulistiawati, D. (2016). Kajian Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dan Beberapa Parameter Kualitas Air Yang Mempengaruhi Pada Tambak Polikultur. Prosiding Semnas Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat: Inovasi IPTEKS Perguruan Tinggi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Denpasar - Provinsi Bali 29-30 Agustus 2016, 1000–1008. Denpasar: Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Unmas Denpasar.

Zainuddin, F., & Rusdani, M. M. (2018). Performa Rumput Laut Kapphapycus alvarezii dari Maumere dan Tembalang Pada Budidaya Sistem Longline. Journal of Aquaculture Science, 3(1), 17–28. https://doi.org/10.31093/joas.v3i1.37
Diterbitkan sejak
22-12-2021
Rekomendasi Sitasi
Nikhlani, A., & Kusumaningrum, I. (2021). Analisa Parameter Fisika dan Kimia Perairan Tihik Tihik Kota Bontang untuk Budidaya Rumput Laut Kapphaphycus alvarezii. Jurnal Pertanian Terpadu, 9(2), 189-200. https://doi.org/10.36084/jpt.v9i2.328